Jumat, 18 Desember 2015

Konsep Konseling Behavioral untuk Siswa

Pendekatan ini bisa diartikan suatu praktik, teknik, maupun terapi. Jadi, pendekatan behavioral atau pendekatan tingkah laku adalah gabungan dari beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh ahli yang berbeda-beda. Menurut Latipun (2001), ahli itu ada 3 orang, yaitu Pavlov, Skinner, dan J. B. Watson. Terapi ini digunakan sekitar awal 1960-an atas reaksi terhadap psikoanalisis yang dianggap tidak banyak membantu mengatasi masalah klien.


Teori Behavioral dapat menangani kompleksitas masalah klien, mulai dari kegagalan individu untuk merespons secara adaptif hingga mengatasi neurosis. Konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku yang baru, dan manusia Adapun teori-teori dari tokohnya yaitu:
  1. Classical Conditioning. Merupakan teori yang pertama yang ditemukan oleh Ivan Petrovich Pavlov. Hasil penelitiannya yang terkenal adalah tentang refleks berkondisidengan sebutan kondisioning klasik. Penelitiannya menggunakan anjing yang lapar dalam tempat yang kedap suara. Selanjutnya,Pavlov mencoba menerapkan hal yang sama pada monyet, dan manusia. Kemudian pada tahun 1950, Pavlov Classical Conditioning dan Hullian Learning Theory digunakan oleh Joseph Wolpe dan Arnold Lazarus di Afrika Utara dan Hans Eysenck di Inggris dalam membantu menyembuhkan phobia di area kedokteran.
  2. Operant Conditioning. Merupakan teori kedua. Tokoh pertama yaitu E.L. Thorndike. Prinsip operant conditioning yaitu reinforcer diasosiasikan dengan respon, karena respons itu beroperasi memberi reinforcement. Kemudian muncullah Skinner yang berpendapat bahwa tingkah laku yang dikontrol berdasarkan prinsip ini memiliki asumsi bahwa perubahan tingkah laku diikuti dengan konsekuensi.
  3. Cognitive. Merupakan salah satu teori yang beranggapan bahwa adanya gangguan tingkah laku, bisa disebabkan oleh proses belajar yang salah. Perilaku itu dapat diubah dengan mengubah lingkungan lebih positif.
Adapun ciri yang dikemukakan Corey pada konseling behavioral ini adalah:
  1. Berfokus pada tingkah laku yang tampak atau spesifik
  2. Cermat dan jelas dalam menguraikan treatment
  3. Perumusan prosedurnya dilakukan secara spesifik dan sesuai masalah klien.
  4. Penafsiran hasil terapi dilakukan secara objektif
Kemudian, adapula pandangan mereka tentang manusia, yaitu:
  1. Manusia bukanlah individu yang baik atau jahat sehingga memiliki kemampuan untuk berperilaku baik atau jahat.
  2. Manusia dapat mengonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
  3. Manusia dapat memperoleh perilaku yang baru
  4. Perilaku manusia dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku orang lain

Ujian Nasional Online, Sudah Siapkah?

Setiap lembaga pendidikan selalu memiliki visi dan misi masing-masing. Dalam UUD 1945 menerangkan adanya tujuan dalam pendidikan. Macam-macam tujuannya seperti tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruktural. Undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas bagi setiap warga Negara. Tujuan pendidkan tersebut mendorong adanya proses belajar mengajar yang tidak bisa lepas dari pengukuran, penilaian, dan evaluasi.

Dunia pendidikan merupakan salah satu bentuk nyata suatu proses yang tidak akan lepas dari adanya penilaian, hasil evaluasi, dan evaluasi. Hasil pembelajaran tersebut memang sangat penting, mengingat urgensi optimalisasi kualitas dari setiap individu. Adanya tuntutan dalam meningkatkan kualitas pendidikan tentu menjadikan setiap lembaga lebih memperhatikan setiap proses demi proses yang berlangsung maupun yang sudah terjadi.


Dalam evaluasi yang berbentuk test/ ujian, tentu memiliki banyak faktor yang berkaitan dengan hasil dari proses penerimaan pembelajaran, salah satunya yaitu kemampuan. Kemampuan merupakan salah satu faktor dijadikan tolak ukur untuk melakukan suatu perbaikan dalam pembelajaran. Kemampuan juga dinilai penting saat seorang guru ingin mengetahui seberapa besar hasil dari pembelajaran saat itu.

Saat membicarakan mengenai evaluasi dan hasil evaluasi, tentu akan selalu memiliki hubungan kausalitas dengan kemampuan siswa baik dari kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah, yaitu Ranah Kognitif, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotoris.

Salah satu bentuk evaluasi akhir tingkat dalam pembelajaran yang diterapkan oleh pendidikan di Indonesia adalah adanya Ujian Nasional (UN). Ujian Nasional yang ada di Indonesia selalu mengalami perubahan dalam sistemnya. Contohnya seperti sistem 4 paket berbeda-beda, sistem soal UN yang berbeda-beda untuk setiap siswa, dan sebagainya. Lalu, sudah siapkah jika sistem UN diubah kembali? Ada banyak hal yang harus dipersiapkan ketika ujian dilaksanakan. Jika tidak, maka akan lebih banyak permasalahan yang akan dihadapi pada sistem baru ini.

Salah satu permasalahan saat UN yang sangat memprihatinkan yaitu ketidak jujuran siswa. Masalah lainnya yaitu fasilitas setiap sekolah yang berbeda-beda. Kemudian, sudah siap pula kah guru mengaplikasikan komputer sebagai basis ujian? Bagaimana materi yang diberikan? Sudahkah siswa memahaminya? Tentu masih banyak lagi masalah yang perlu diselesaikan. UN Online sudah akan dilaksanakan pada tahun 2016 mendatang, dan tidak semua sekolah menggunakan UN Online. Maka setiap instansi pendidikan diharapkan mampu selalu meningkatkan media pembelajaran berbasis komputer dalam menjawab salah satu permasalahan di atas. Bukan masalah lulus atau tidaknya siswa, namun materi yang di dapat sudahkah dikuasai siswa? Guru yang baik adalah guru yang memintarkan siswanya dengan pembelajaran yang bermakna.

Tak ada salahnya menerapkan teknologi dalam pembelajaran. Memang harus diawali walaupun hanya sedikit yang memulai. Suatu kemajuan memang membutuhkan proses, dan tidak semua proses itu membutuhkan waktu yang sebentar. Tentu sekolah-sekolah lambat laun akan menyesuaikan.

URGENSI ILMU PENDIDIKAN SEBAGAI SATUAN MATA KULIAH

Ilmu Pendidikan berasal dari 2 kata yaitu “Ilmu” dan “Pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. Mohammad Hatta menjelaskan bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak ari luar, maupun menurutnya bangunnya dari dalam. Jadi, Ilmu adalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistemamengenal kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian, dan hukum-hukum tentang hal ihwal yang diselidiki (alam, manusia, dan agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran yang dibantu pengindraan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset, dan eksperimental.[1]

Arti Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang,usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota msyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dengan adanya ilmu pengetahuan, maka selalu ada hubungannya dengan mendidik, mengajar, dan belajar. Mengajar lebih diartikan sebagai kegiatan transfer of knowledge, sehingga kegiatan belajar mengajar hanya bergantung pada materi yang ada, dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, maupun keahlian. Mendidik bisa bersifat jangka menengah maupun jangka panjang, karena sifatnya lebih bersifat integratif, yaitu menjadikan satu suatu aspek, sehingga dalam kegiatan mendidik ini lebih menitik beratkan paada nilai-nilai yang ada dalam diri manusia dan moralitas.

Sejalan dengan pengertian ilmu dan pendidikan tersebut, maka ilmu pendidikan dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang memberikan uraian yang lengkap, sistematis dan metodis tentang masalah-masalah yang ada kaitan dengan proses pendidikan atau kegiatan mendidik.[2]

Adapun ruang lingkup dalam ilmu pendidikan, yaitu:

· Konsep dasar pendidikan sebagai ilmu

· Substansi ilmu pendidikan

· Aplikasi ilmu pendidikan




[1]http://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/11/29/pengertian_ilmu_pendidikan/#_ftn8


[2]Handout Drs. Zainal Arifin

Urgensi Bahasa dan Linguistik

Seperti yang telah kita ketahui, banyak para pakar dari bahasa mempelajari mengenai bahasa dan menemukan hakikat bahasa. “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri”. Definisi ini sejalan dengan definisi dari Barber (1964:21), Wardhaugh (1977:3), Trager (1949:18), de Saussure (1966:16), dan Bolinger (1975:15).[1] Bahasa tidak mungkin lepas dari manusia, karena bahasa lah yang membuat terjadinya dialog antar manusia.


Bahasa memiliki banyak sifat dan ciri, yaitu:

  • Bahasa adalah suatu sistem
  • Bahasa berwujud lambang
  • Bahasa itu berupa bunyi
  • Bahasa bersifat arbitrer
  • Bahasa itu bersifat bermakna
  • Bahasa bersifat unik
  • Bahasa bersifat produktif
  • Bahasa bersifat universal
  • Bahasa sebagai alat interaksi sosial dan sebagai identitas si penutur 
Definisi yang banyak dipakai oleh banyak orang adalah: “Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama”.[2] Adapun Soendjono (2003:14) yang memberikan ciri mengenai bahasa, yaitu:

  • Bahasa manusia memiliki ketergantungan struktur (structure-dependence)
  • Bahasa dan pemakai bahasa itu kreatif
  • Bahasa manusia dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu peristiwa
  • Bahasa memiliki struktur ganda yang disebut struktur batin (deep structure) dan struktur lahir (surface structure)
  • Bahasa diperoleh secara turun-temurun
  • Bahasa itu arbitrer
  • Bahasa memiliki pola dualitas, karna bisa bermakna bila digabungkan
  • Bahasa itu semantisitas Selanjutnya bahasa itu akan dipelajari dalam ilmu yang disebut linguistik.
Linguistik sendiri memiliki aliran-aliran yang berbeda. Aliran linguistik yang pertama yaitu Linguistik Tradisional yang dipelopori oleh kaum Sophis, Plat, dan kawan-kawannya, yang telah menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Kemudian yang kedua yaitu Linguistik Strukturalis yang dipelopori oleh Ferdinand De Saussure, yang telah berusaha mendeskripsikan suatu bahasa atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Aliran yang ketiga yaitu Linguistik Transformasional yang dipelopori oleh Noam Chomsky, yang sudah menganggap bahwa bahasa itu terdiri dari struktur batin (deep structure) dan struktur lahir (surface structure). Adapun tataran dalam linguistik mengenai bahasa, yaitu Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik.






[1]Abdul Chaer, Linguistik Umum. (Jakarta: Rineka Cipta), 2007. Hlm. 32


[2]Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), 2003, hlm 16

Kontribusi dalam Konseptualisasi Pendidikan Islam

Dalam keseharian, tentunya banyak sekali keuntungan yang bisa kita dapatkan dari adanya akhlak dan moralitas yang baik. Semua itu akan tercermin dari tingkah laku kita yang didasari oleh adanya sikap menjaga akhlak baik, atau dengan kata lain amar ma’ruf nahi munkar. Kritik tajam terhadap pendidikan (agama) formal justeru terlalu didominasi oleh pengajaran yangberorientasi pada pembinaan aspek kognitif (keilmuan) dan kurang didukung oleh pendidikan pembiasaan, keteladanan, dan bentuk¬bentuk pendidikan yang berorientasi pada penguatan keimanan, sikap, dan penanaman nilai-nilai.[1]Jika kita mengutip kata “Fastabiqul Khoirot”, maka kita dapat simpulkan bahwa akhlak yang baik memiliki faedah yang banyak, apalagi dalam pendidikan Islam.

Dalam konsep yang telah diterangkan oleh Ikhwan Al-Safa, dia memberikan tipe ideal seorang guru. Nilai seorang guru terletak pada caranya dalam menyampaikan ilmu pengetahuan. Keberhasilan dari anak didik, akan tampak pada guru yang cerdas, baik akhlaknya, lurus tabi’atnya, bersih hatinya, menyukai ilmu, bertugas mencari kebenaran, dan tidak bersifat fanatisme terhadap suatu aliran. Sedangkan menurut Ibn Khaldun, bahwa Al-Qur’an adalah ilmu yang harus pertama kali diajarkan pada anak.

Banyaknya fenomena-fenomena penyimpangan yang terjadi saat ini, tidak lain juga merupakan tanggung jawab dari pendidikan dan semua aspek yang bergerak di dalamnya. Fenomena korupsi yang merajalela, pornografi, kekerasan, itu dikarenakan kurangnya penerapan nilai-nilai pada akhlak dan moral. Jika berbicara akhlak dan moral, maka pendidikan Islam sangat berperan penting untuk memperbaiki keadaan yang sudah seperti ini. Kontribusinya yaitu:

a. Pada materi serta isi, bahwa materi yang sesuai adalah materi yang dapat meningkatkan kualitas akhlak terpuji dan moralitas yang baik pada anak didik, sehingga dapat mengurangi penyimpangan yang telah terjadi saat ini.

b. Pada penentuan kurikulum, hendaknya suatu tujuan dalam kurikulum sesuai dengan tujuan agama dan akhlak, sehingga dapat menciptakan karakter yang baik menurut agama.

c. Pada orientasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik dapat saling berbagi sifat terpuji, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif dan sesuai dengan agama Islam..

d. Pada pengkondisian pembelajaran, yaitu menciptakan suasana islamiah dengan memberi tahu mana yang baik dan mana yang buruk.




[1]Asifudin, Ahmad. Janan. Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press 2009. Hlm 81

TIPS & TRIK FOTO MELALUI GADGET atau HANDPHONE




Kecewa gambar yang diambil kok nge-blur gak jelas??? Pasti nggak enak kan ya, punya gadget berfasilitas-kan kamera ber-resolusi tinggi tapi gambar yang anda ambil “NGGAK BANGET”.
Nah, tenang aja. Di sini, ada beberapa tips dan trik khusus untuk anda yang hobi-nya fotografi dengan bermodalkan handphone. Simak yuk..

1. Kenali Kamera Handphone. Tipe handphone berbeda-beda dan secara otomatis resolusi, pencahayaan, dan pengaturan lainnya pun berbeda.

2. Saat Matahari sedang Terik dan Langit Cerah, Jangan Gunakan Flash. Flash merupakan cahaya tambahan. Jadi, saat matahari sedang terik dan langit cerah, jangan tambahkan dengan kilatan flash karena akan menjadikan gambar terlampau terang bahkan terdapat cahaya-cahaya yang tidak jelas. Ambil senatural mungkin.

3. Jangan Zoom, tapi Crop! Zooming bukannya memberi fokus yang tajam, tapi justru memberikan kesan kotor pada gambar. Lebih baik crop saja gambar yang ingin ditampilkan.

4. Saat mengambil gambar, usahakan ponsel dalam keadaan yang stabil (tidak goyang-goyang). Harus kita sadari bahwa untuk mendapatkan hasil terbaik, kestabilan kamera ponsel sangat diperlukan.

5. Jangan beri efek saat sedang mengambil gambar, tapi Edit! Untuk apa ada fitur “Edit” jika tidak digunakan dengan baik.

6. Jangan berlebihan dalam Edit. Gunakan fitur edit sebaik-baiknya, dan se-apa-ada-nya saja. Mengapa? Agar orang lain tidak merasa kecewa saat melihat keadaan asli dengan gambar yang telah ada.

7. Gunakan fitur panorama saat ingin mengambil gambar panorama dari sudut ke sudut.

8. Saat mengambil gambar berupa manusia, kenali tubuhnya. Jika tubuh atau wajah-nya kecil, maka jangan mengambil gambar terlalu jauh, karena akan menjadikan objek tidak nampak.

9. Saat ingin mengambil gambar pemandangan di belakang wajah, guunakan proporsi foto setengah badan, dan jauhkan diri anda dari pemandangan yang akan diambil.

10. Gunakan Timer. Saat ragu menggunakan tongsis atau kamera dengan fitur “cheese” dan sebagainya, lebih baik anda mengandalkan timer yang jelas.

11. Saat Selfie, Fokuskan mata anda ke kamera. Karena akan terlihat aneh ketika anda selfie tapi mata anda justru melihat pada layar ponsel, bukan ke lensa kamera.

Rabu, 16 Desember 2015

KENALI KECERDASAN ANAK UNTUK MASA DEPANNYA

Setiap anak tentu telah dianugerahi kecerdasan. Kecerdasan seorang anak tidak dapat diukur oleh satu alat ukur saja, karena ada banyak kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Tidak ada anak yang bodoh. Tidak ada pula anak yang pintar. Mengapa? Karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Setiap anak memiliki kecerdasan di suatu bidang yang berbeda-beda. Sehingga sebagai pendidik yang baik, kita harus mampu mengenali kecerdasan seorang anak untuk masa depannya, karena kecerdasan yang menonjol pada anak memang berbeda-beda.

Saat ini sedang populer yang namanya “multiple intelligence” . Howard membagi kecerdasan anak menjadi 8 macam kecerdasan, yaitu Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Logika Matematika, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Visual dan Spasial, Kecerdasan Kinestetik Jasmani, dan Kecerdasan Naturalia.


1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan Linguistik merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam berbahasa. Biasanya anak ini lebih menonjol dalam keterampilan membaca puisi, berpidato, menyampaikan informasi, dan lain-lain. Anak ini biasanya lebih pandai dalam menggunakan rasa dalam bahasa, sehingga bakat dalam kecerdasan linguistik ini ada pada bidang sastra.

2. Kecerdasan Logika Matematika

Kecerdasan Logika Matematika merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam berpikir secara logis, runtut, dan sistematis. Biasanya anak ini mampu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan angka. Bidang yang cocok untuk anak yang memiliki kecerdasan logika matematika lebih ini adalah pada bidang sains. Biasanya kecerdasan ini dijadikan tolak ukur utama oleh para orang tua.

3. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan yang digunakan dalam emosional anak. Kecerdasan ini menjadikan anak lebih memiliki nalar dan perasaan yang kuat, baik dengan dirinya sendiri, maupun dengan orang lain. Biasanya, anak yang memiliki kecerdasan ini sangat baik berada pada bidang psikologi, karena ia mampu membentuk suatu kehangatan di suatu tempat dan mampu membaur dengan yang lain.

4. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan Intrapersonal merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan diri seorang anak itu sendiri maupun dengan orang lain. Seorang anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki kelebihan mampu mengenal dirinya sendiri dengan baik. Anak dengan kecerdasan ini mampu bergerak dalam bidang filsafat.

5. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam hal musik serta suara. Kecerdasan ini bisa nampak saat anak diajari bermain alat musik, diajak bernyanyi, dan berlatih irama. Anak ini biasanya baik dalam bidang musik, seperti bermain alat musik, bernyanyi, dan memainkan nada.

6. Kecerdasan Visual dan Spasial

Kecerdasan Visual merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan anak saat melihat, serta menilai sesuatu yang diamatinya. Sementara kecerdasan spasial adalah kecerdasan anak dalam mengamati bagian di suatu tempat. Biasanya kecerdasan ini lebih tepat berada di bidang seni, arsitektur, dan designer.

7. Kecerdasan Kinestetik Jasmani

Dengan kecerdasan ini, anak bisa dianggap gesit dan lincah dalam gerakannya, karena tubuhnya yang memiliki keseimbangan dan sigap. Anak lebih mudah merekam hal yang ia alami dan yang terjadi disekitar. Anak dengan kecerdasan ini mampu bergerak dalam bidang atlit, olahraga, dan lain-lain yang berhubungan dengan ketangkasan tubuh.

8. Kecerdasan Naturalia

Kecerdasan ini dapat dilihat jika seorang anak menyukai hal yang berhubungan dengan alam. Biasanya akan nampak saat anak ini melihat keadaan alam yang natural. Anak dengan kecerdasan ini akan sangat menjaga sekali dengan lingkungan. Anak ini biasanya lebih menonjol pada bidang biologi serta geografi.

Jadi, mari kenali kecerdasan anak untuk masa depannya J

HUBUNGAN BAHASA DENGAN OTAK (PART II)

Jika input yang masuk adalah berupa bentuk yang lisan, maka bunyi itu akan direspons di lobe temporal, khususnya pada korteks primer pendengaran. Kemudian input tersebut diolah secara rinci, misalnya, apakah bunyi sebelum bunyi /o/ yang didengar itu memiliki VOT +60 milidetik, +20 milidetik atau antara kedua angka ini. VOT (Voice Onset Time) adalah waktu antara (a) lepasnya udara untuk pengucapan suatu konsonan dengan (b) getaran pita suara untuk bunyi vokal yang mengikutinya.

Setelah diterima, dicerna, dan diolah, maka bunyi-bunyi bahasa tersebut dikirim ke daerah Wernicke untuk selanjutnya di-interpretasikan. Wernicke adalah daerah di lobe temporal dan agak menjorok ke daerah parietal yang terdapat bagian yang berhubungan dengan komprehensi. Di daerah ini, bunyi dipilih-pilih menjadi suku kata, frasa, klausa dan pada akhirnya yaitu berupa kalimat. Bila masukan tadi hanya sekedar informasi yang tidak perlu ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan sajadalam memori, mungkin saja informasi itu suatu saat diperlukan. Bila ditanggapi secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah Broca melalui fasikulus arkuat.


Di daerah broca, proses penanggapan dimulai. Setelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah Broca memerintahkan motor korteks untuk melaksanakannya. Motor korteks juga harus mempertimbangkan tidak hanya urutan kata dan urutan bunyi, tetapi juga urutan dari fitur-fitur pada tiap bunyi yang harus diujarkan.
Contoh: Dia belum pulang.
 
Perpindahan dari bunyi /d/ ke /i/ dan kemudian ke /a/ untuk kata dia juga memerlukan koordinasi yang sangat akurat. Ujung lidah yang menempel pada daerah alveolar di mulut untuk bunyi /d/ yang kemudian harus dengan tepat berubah bentuk menjadi lengkung dan tinggi depan untuk /i/, misalnya harus dikoordinasi dengan rapi sekali sehingga hasilnya benar-benar mencerminkan bunyi yang natif. Tanpa ketepatan ini maka pembicara akan kedengaran seperti orang asing.[1] Akan berbeda jika yang masuk adalah dalam bentuk lisan. Input tersebut nantinya tidak ditanggapi oleh korteks premier pendengaran, melainkan oleh korteks visual di lobe osipital. Sebelum masuk ke wernicke, input ini harus melewati girus anguler yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah osipital. Kemudian, proses yang terjadi akan sama seperti semula, yaitu input d pahami oleh daerah wernicke, lalu dikirim ke Broca bila memerlukan tanggapan verbal. Bila tanggapannya visual, maka informasi tersebut akan diproses visualisasinya di daerah parietal.


Adapun pendapat tentang berbahasa yang ada hubungannya dengan otak, yaitu:


a) Bahasa ReseptifLuria berpendapat bahwa daerah belakang girus superior lobus temporalis hemisfir kiri yang ditemukan oleh Wernicke bukanlah pusat pengertian kata-kata, tetapi merupakan perbendaharaan fonem bahasa. Pusat ini disebutnya juga daerah sekunder fungsi akustik-kognistik. Pusat primernya adalah pusat pendengaran yang ditemukan Heschl, yang terletak di depan pusat Wernicke.


b) Bahasa EkspresifBroca, berpendapat bahwa fungsi ekspresi bahasa dalam berbicara berpusat dibagian belakang girus frontalis inferior kiri. Berbeda dengan Broca, Luria mengatakan bahwa daerah Broca ini merupakan perbendaharaan fonem yang diucapkan yang disebutnya artikulem.


c) Hemisfir kanan menjadi pusat perilaku emosional, orientasi visuospasial, dan musik. Jadi, berkaitan dengan kegiatan di bidang seni. Lobus frontalis kanan berfungsi mengekspresikan gerakan emosional yang menyertai wicara. Apabila terganggu, ekspresi muka dan gerak-gerik yang menyertai wicara juga menjadi datar, meskipun emosinya tetap baik, dan masih dapat menangkap serta mengerti prasodi bahasa.[2]


Sering kita melihat perbedaan bahasa yang digunakan oleh wanita dan pria. Hal itu disebabkan adanya perbedaan pada hemisfir kirinya. Wanita memiliki hemisfir yang lebih tebal dari seorang pria, sehingga kebanyakan wanita lebih bisa dalam menguasai bahasa. Kelas bahasa pun lebih didominasi oleh wanita.






[1]Ibid, hlm. 210


[2]http://www.kaskus.co.id/thread/51b4c7648027cfc632000003/hubungan-fungsi-otak-dan-kemampuan-berbahasa-pada-orang-dewasa(diakses pada 2/1/2014 pukul 10.00 WIB)

Hubungan Antara Bahasa dengan Otak

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa otak memiliki peranan penting sebagai faktor dalam berbahasa. Faktor yang mempengaruhi penguasaan berbahasa seseorang tidak hanya pada lingkungan, budaya, dan sebagainya, namun juga terletak pada seberapa kuat otaknya saat bawaan sejak lahir. Faktor genetis juga bisa berpengaruh dalam kemampuan berbahasa seseorang.

Ahli palaneurologi telah menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Hal ini tampak dari ukuran otak yang membesar. Perkembangan otak, dapat dibagi menjadi empat tahap (Holloway 1996:85), yang pertama yaitu saat Homo Erectus sampai Homo Sapiens yang otaknya berkembang sekitar dua kali lipat dari sebelumnya. Tahap yang kedua adalah perubahan reorganisasi pada otaknya.



(sumber gambar: www.sadoh2004.com)
Terdapat dua bagian utama dalam saraf manusia, yang pertama yaitu tulang punggung, yang terdiri dari tulang punggung yang bersambung-sambungan (spinal card), kemudian yang kedua yaitu otak. Otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu {a} batang otak (brain stem), yang fungsinya untuk fungsi fisikal tubuh, dan {b} korteks serebral (cerebral cortex), yang fungsinya untuk intelektual dan bahasa. Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian, yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Belum ada tugas pada kedua hemisfir ini ketika manusia baru lahir. Namun, ketika anak berusia 12 tahun, pembagian fungsi dari masing-masing hemisfir ini akan terjadi, sehingga pembagian fungsi ini disebut lateralisasi. Pada mulanya, yang bertugas mengelola mengenai ihwal kebahasaan adalah hemisfir kiri, namun perkembangan terakhir menunjukkan bahwa hemisfir kanan juga berperan akan penggunaan bahasa.

Dalam hemisfir kiri, ada empat daerah besar yang dinamakan lobe, lobe frontal, lobe temporal, lobe osipital, dan lobe parietal. Lobe frontal bertugas untuk mengurus ihwal yang ada hubungannya dengan kognisi, lobe temporal mengurus hal yang berkaitan dengan pendengaran, lobe osipital menangani tentang penglihatan, lobe parietal mengurusi rasa somaestetik, yakni rasa yang ada pada tangan, kaki, muka, dan lain-lain.

Adapun alasan dari Robert dan Penfield yang mengemukakan bahwa hemisfir kiri adalah lebih mengatur pada hal yang bersifat kebahasaan, yaitu:

a) Hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfer kiri daripada hemisfer kanan.

b) Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang, tetapi ketika hemisfer kanan dianestesia kemampuan berbahasa itu tetap ada.

c) Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara bersamaan dalam tes dikotik, ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri. Keunggulan telingan kanan itu karena hubungan antara telingan kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan telinga kiri dengan hemisfer kanan.

d) Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka ternyata pengluhatan kanan lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu daripada penglihatan kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena hubungan antara penglihatan kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan penglihatan kiri dan hemisfer kanan.

Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemsifer kiri menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfer kanan. Hal ini diketahui melalui analisis gelombang otak. Hemisfer yang lebih aktif lebih sedikit dalam menghasilkan gelombang alpha (Chaer, 2009: 123-124).

PSIKOLINGUISTIK BAGI PENGGUNA BAHASA

Psikolinguistik merupakan ilmu interdisipliner antara psikologi dan linguistik. Psikologi berasal dari kata psychologie atau psychology, dan berakar dari dua kata yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang artinya ilmu. Jadi jika diartikan, psikologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai gejala-gejala kejiwaan yang ada dalam diri manusia. Sedangkan menurut J.P. Chaplin, psikologi adalah kajian terhadap makhluk hidup (organisme) dalam semua ragam dan kerumitannya tatkala ia merespons terhadap perubahan terus-menerus (flux) dan arus (flow) yang terjadi pada peristiwa-peristiwa fisik dan sosial yang membentuk lingkungan. Dalam psikologi, adapun tingkatan-tingkatan jiwa seseorang, yaitu kesadaran (conscious), di ambang sadar atau bawah sadar (preconscious, subconscious) dan tidak sadar (unconscious). 


Sementara itu kata Linguistik berasal dari kata linguistique dari bahasa Perancis, sedangkan bahasa Inggris berupa language hanya memungutnya dari bahasa Perancis yaitu langage yang artinya adalah bahasa. Selain istilah langue dan langage dalam bahasa Perancis, adapun istilah parole. Parole adalah wujud bahasa yang konkret yaitu berupa ujaran. Jadi, linguistik adalah ilmu yang mempelajari mengenai bahasa.Telah dijelaskan mengenai banyak sifat bahasa, yaitu bahasa untuk interaksi sosial, dan lain-lain.

Psikolinguistik menurut Harley (2001:1) adalah studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa. Clark (1977:4) mengemukakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal yang utama, yaitu: komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Psikolinguistik mempelajari empat topik utama:
  • Komprehensi, yaitu proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud. 
  • Produksi, yaitu proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan. 
  • Landasan biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa. 
  • Pemerolehan Bahasa, yaitu bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.
Psikolinguistik sangat urgen bagi para pengguna bahasa, karena setiap hati yang yang menerima bahasa, akan memiliki rasa dan pemaknaan yang berbeda pula.