Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa otak memiliki peranan penting sebagai faktor dalam berbahasa. Faktor yang mempengaruhi penguasaan berbahasa seseorang tidak hanya pada lingkungan, budaya, dan sebagainya, namun juga terletak pada seberapa kuat otaknya saat bawaan sejak lahir. Faktor genetis juga bisa berpengaruh dalam kemampuan berbahasa seseorang.
Ahli palaneurologi telah menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Hal ini tampak dari ukuran otak yang membesar. Perkembangan otak, dapat dibagi menjadi empat tahap (Holloway 1996:85), yang pertama yaitu saat Homo Erectus sampai Homo Sapiens yang otaknya berkembang sekitar dua kali lipat dari sebelumnya. Tahap yang kedua adalah perubahan reorganisasi pada otaknya.
Terdapat dua bagian utama dalam saraf manusia, yang pertama yaitu tulang punggung, yang terdiri dari tulang punggung yang bersambung-sambungan (spinal card), kemudian yang kedua yaitu otak. Otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu {a} batang otak (brain stem), yang fungsinya untuk fungsi fisikal tubuh, dan {b} korteks serebral (cerebral cortex), yang fungsinya untuk intelektual dan bahasa. Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian, yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Belum ada tugas pada kedua hemisfir ini ketika manusia baru lahir. Namun, ketika anak berusia 12 tahun, pembagian fungsi dari masing-masing hemisfir ini akan terjadi, sehingga pembagian fungsi ini disebut lateralisasi. Pada mulanya, yang bertugas mengelola mengenai ihwal kebahasaan adalah hemisfir kiri, namun perkembangan terakhir menunjukkan bahwa hemisfir kanan juga berperan akan penggunaan bahasa.
Dalam hemisfir kiri, ada empat daerah besar yang dinamakan lobe, lobe frontal, lobe temporal, lobe osipital, dan lobe parietal. Lobe frontal bertugas untuk mengurus ihwal yang ada hubungannya dengan kognisi, lobe temporal mengurus hal yang berkaitan dengan pendengaran, lobe osipital menangani tentang penglihatan, lobe parietal mengurusi rasa somaestetik, yakni rasa yang ada pada tangan, kaki, muka, dan lain-lain.
Adapun alasan dari Robert dan Penfield yang mengemukakan bahwa hemisfir kiri adalah lebih mengatur pada hal yang bersifat kebahasaan, yaitu:
a) Hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfer kiri daripada hemisfer kanan.
b) Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang, tetapi ketika hemisfer kanan dianestesia kemampuan berbahasa itu tetap ada.
c) Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara bersamaan dalam tes dikotik, ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri. Keunggulan telingan kanan itu karena hubungan antara telingan kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan telinga kiri dengan hemisfer kanan.
d) Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka ternyata pengluhatan kanan lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu daripada penglihatan kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena hubungan antara penglihatan kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan penglihatan kiri dan hemisfer kanan.
Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemsifer kiri menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfer kanan. Hal ini diketahui melalui analisis gelombang otak. Hemisfer yang lebih aktif lebih sedikit dalam menghasilkan gelombang alpha (Chaer, 2009: 123-124).
Ahli palaneurologi telah menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Hal ini tampak dari ukuran otak yang membesar. Perkembangan otak, dapat dibagi menjadi empat tahap (Holloway 1996:85), yang pertama yaitu saat Homo Erectus sampai Homo Sapiens yang otaknya berkembang sekitar dua kali lipat dari sebelumnya. Tahap yang kedua adalah perubahan reorganisasi pada otaknya.

Terdapat dua bagian utama dalam saraf manusia, yang pertama yaitu tulang punggung, yang terdiri dari tulang punggung yang bersambung-sambungan (spinal card), kemudian yang kedua yaitu otak. Otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu {a} batang otak (brain stem), yang fungsinya untuk fungsi fisikal tubuh, dan {b} korteks serebral (cerebral cortex), yang fungsinya untuk intelektual dan bahasa. Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian, yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Belum ada tugas pada kedua hemisfir ini ketika manusia baru lahir. Namun, ketika anak berusia 12 tahun, pembagian fungsi dari masing-masing hemisfir ini akan terjadi, sehingga pembagian fungsi ini disebut lateralisasi. Pada mulanya, yang bertugas mengelola mengenai ihwal kebahasaan adalah hemisfir kiri, namun perkembangan terakhir menunjukkan bahwa hemisfir kanan juga berperan akan penggunaan bahasa.
Dalam hemisfir kiri, ada empat daerah besar yang dinamakan lobe, lobe frontal, lobe temporal, lobe osipital, dan lobe parietal. Lobe frontal bertugas untuk mengurus ihwal yang ada hubungannya dengan kognisi, lobe temporal mengurus hal yang berkaitan dengan pendengaran, lobe osipital menangani tentang penglihatan, lobe parietal mengurusi rasa somaestetik, yakni rasa yang ada pada tangan, kaki, muka, dan lain-lain.
Adapun alasan dari Robert dan Penfield yang mengemukakan bahwa hemisfir kiri adalah lebih mengatur pada hal yang bersifat kebahasaan, yaitu:
a) Hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf hemisfer kiri daripada hemisfer kanan.
b) Ketika hemisfer kiri dianestesia kemampuan berbahasa menjadi hilang, tetapi ketika hemisfer kanan dianestesia kemampuan berbahasa itu tetap ada.
c) Sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara bersamaan dalam tes dikotik, ternyata telinga kanan lebih unggul dalam ketepatan dan kecepatan pemahaman daripada telinga kiri. Keunggulan telingan kanan itu karena hubungan antara telingan kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan telinga kiri dengan hemisfer kanan.
d) Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka ternyata pengluhatan kanan lebih cepat dan lebih tepat dalam menangkap materi bahasa itu daripada penglihatan kiri. Keunggulan penglihatan kanan itu karena hubungan antara penglihatan kanan dan hemisfer kiri lebih baik daripada hubungan penglihatan kiri dan hemisfer kanan.
Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa baik secara terbuka maupun tertutup, hemsifer kiri menunjukkan kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfer kanan. Hal ini diketahui melalui analisis gelombang otak. Hemisfer yang lebih aktif lebih sedikit dalam menghasilkan gelombang alpha (Chaer, 2009: 123-124).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar