Dunia pendidikan merupakan salah satu bentuk nyata suatu proses yang tidak akan lepas dari adanya penilaian, hasil evaluasi, dan evaluasi. Hasil pembelajaran tersebut memang sangat penting, mengingat urgensi optimalisasi kualitas dari setiap individu. Adanya tuntutan dalam meningkatkan kualitas pendidikan tentu menjadikan setiap lembaga lebih memperhatikan setiap proses demi proses yang berlangsung maupun yang sudah terjadi.

Dalam evaluasi yang berbentuk test/ ujian, tentu memiliki banyak faktor yang berkaitan dengan hasil dari proses penerimaan pembelajaran, salah satunya yaitu kemampuan. Kemampuan merupakan salah satu faktor dijadikan tolak ukur untuk melakukan suatu perbaikan dalam pembelajaran. Kemampuan juga dinilai penting saat seorang guru ingin mengetahui seberapa besar hasil dari pembelajaran saat itu.
Saat membicarakan mengenai evaluasi dan hasil evaluasi, tentu akan selalu memiliki hubungan kausalitas dengan kemampuan siswa baik dari kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi 3 ranah, yaitu Ranah Kognitif, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotoris.
Salah satu bentuk evaluasi akhir tingkat dalam pembelajaran yang diterapkan oleh pendidikan di Indonesia adalah adanya Ujian Nasional (UN). Ujian Nasional yang ada di Indonesia selalu mengalami perubahan dalam sistemnya. Contohnya seperti sistem 4 paket berbeda-beda, sistem soal UN yang berbeda-beda untuk setiap siswa, dan sebagainya. Lalu, sudah siapkah jika sistem UN diubah kembali? Ada banyak hal yang harus dipersiapkan ketika ujian dilaksanakan. Jika tidak, maka akan lebih banyak permasalahan yang akan dihadapi pada sistem baru ini.
Salah satu permasalahan saat UN yang sangat memprihatinkan yaitu ketidak jujuran siswa. Masalah lainnya yaitu fasilitas setiap sekolah yang berbeda-beda. Kemudian, sudah siap pula kah guru mengaplikasikan komputer sebagai basis ujian? Bagaimana materi yang diberikan? Sudahkah siswa memahaminya? Tentu masih banyak lagi masalah yang perlu diselesaikan. UN Online sudah akan dilaksanakan pada tahun 2016 mendatang, dan tidak semua sekolah menggunakan UN Online. Maka setiap instansi pendidikan diharapkan mampu selalu meningkatkan media pembelajaran berbasis komputer dalam menjawab salah satu permasalahan di atas. Bukan masalah lulus atau tidaknya siswa, namun materi yang di dapat sudahkah dikuasai siswa? Guru yang baik adalah guru yang memintarkan siswanya dengan pembelajaran yang bermakna.
Tak ada salahnya menerapkan teknologi dalam pembelajaran. Memang harus diawali walaupun hanya sedikit yang memulai. Suatu kemajuan memang membutuhkan proses, dan tidak semua proses itu membutuhkan waktu yang sebentar. Tentu sekolah-sekolah lambat laun akan menyesuaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar