Jika input yang masuk adalah berupa bentuk yang lisan, maka bunyi itu akan direspons di lobe temporal, khususnya pada korteks primer pendengaran. Kemudian input tersebut diolah secara rinci, misalnya, apakah bunyi sebelum bunyi /o/ yang didengar itu memiliki VOT +60 milidetik, +20 milidetik atau antara kedua angka ini. VOT (Voice Onset Time) adalah waktu antara (a) lepasnya udara untuk pengucapan suatu konsonan dengan (b) getaran pita suara untuk bunyi vokal yang mengikutinya.
Setelah diterima, dicerna, dan diolah, maka bunyi-bunyi bahasa tersebut dikirim ke daerah Wernicke untuk selanjutnya di-interpretasikan. Wernicke adalah daerah di lobe temporal dan agak menjorok ke daerah parietal yang terdapat bagian yang berhubungan dengan komprehensi. Di daerah ini, bunyi dipilih-pilih menjadi suku kata, frasa, klausa dan pada akhirnya yaitu berupa kalimat. Bila masukan tadi hanya sekedar informasi yang tidak perlu ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan sajadalam memori, mungkin saja informasi itu suatu saat diperlukan. Bila ditanggapi secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah Broca melalui fasikulus arkuat.
Di daerah broca, proses penanggapan dimulai. Setelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah Broca memerintahkan motor korteks untuk melaksanakannya. Motor korteks juga harus mempertimbangkan tidak hanya urutan kata dan urutan bunyi, tetapi juga urutan dari fitur-fitur pada tiap bunyi yang harus diujarkan.
Contoh: Dia belum pulang.
Setelah diterima, dicerna, dan diolah, maka bunyi-bunyi bahasa tersebut dikirim ke daerah Wernicke untuk selanjutnya di-interpretasikan. Wernicke adalah daerah di lobe temporal dan agak menjorok ke daerah parietal yang terdapat bagian yang berhubungan dengan komprehensi. Di daerah ini, bunyi dipilih-pilih menjadi suku kata, frasa, klausa dan pada akhirnya yaitu berupa kalimat. Bila masukan tadi hanya sekedar informasi yang tidak perlu ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan sajadalam memori, mungkin saja informasi itu suatu saat diperlukan. Bila ditanggapi secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah Broca melalui fasikulus arkuat.

Di daerah broca, proses penanggapan dimulai. Setelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah Broca memerintahkan motor korteks untuk melaksanakannya. Motor korteks juga harus mempertimbangkan tidak hanya urutan kata dan urutan bunyi, tetapi juga urutan dari fitur-fitur pada tiap bunyi yang harus diujarkan.
Contoh: Dia belum pulang.
Perpindahan dari bunyi /d/ ke /i/ dan kemudian ke /a/ untuk kata dia juga memerlukan koordinasi yang sangat akurat. Ujung lidah yang menempel pada daerah alveolar di mulut untuk bunyi /d/ yang kemudian harus dengan tepat berubah bentuk menjadi lengkung dan tinggi depan untuk /i/, misalnya harus dikoordinasi dengan rapi sekali sehingga hasilnya benar-benar mencerminkan bunyi yang natif. Tanpa ketepatan ini maka pembicara akan kedengaran seperti orang asing.[1] Akan berbeda jika yang masuk adalah dalam bentuk lisan. Input tersebut nantinya tidak ditanggapi oleh korteks premier pendengaran, melainkan oleh korteks visual di lobe osipital. Sebelum masuk ke wernicke, input ini harus melewati girus anguler yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah osipital. Kemudian, proses yang terjadi akan sama seperti semula, yaitu input d pahami oleh daerah wernicke, lalu dikirim ke Broca bila memerlukan tanggapan verbal. Bila tanggapannya visual, maka informasi tersebut akan diproses visualisasinya di daerah parietal.
Adapun pendapat tentang berbahasa yang ada hubungannya dengan otak, yaitu:
a) Bahasa ReseptifLuria berpendapat bahwa daerah belakang girus superior lobus temporalis hemisfir kiri yang ditemukan oleh Wernicke bukanlah pusat pengertian kata-kata, tetapi merupakan perbendaharaan fonem bahasa. Pusat ini disebutnya juga daerah sekunder fungsi akustik-kognistik. Pusat primernya adalah pusat pendengaran yang ditemukan Heschl, yang terletak di depan pusat Wernicke.
b) Bahasa EkspresifBroca, berpendapat bahwa fungsi ekspresi bahasa dalam berbicara berpusat dibagian belakang girus frontalis inferior kiri. Berbeda dengan Broca, Luria mengatakan bahwa daerah Broca ini merupakan perbendaharaan fonem yang diucapkan yang disebutnya artikulem.
c) Hemisfir kanan menjadi pusat perilaku emosional, orientasi visuospasial, dan musik. Jadi, berkaitan dengan kegiatan di bidang seni. Lobus frontalis kanan berfungsi mengekspresikan gerakan emosional yang menyertai wicara. Apabila terganggu, ekspresi muka dan gerak-gerik yang menyertai wicara juga menjadi datar, meskipun emosinya tetap baik, dan masih dapat menangkap serta mengerti prasodi bahasa.[2]
Sering kita melihat perbedaan bahasa yang digunakan oleh wanita dan pria. Hal itu disebabkan adanya perbedaan pada hemisfir kirinya. Wanita memiliki hemisfir yang lebih tebal dari seorang pria, sehingga kebanyakan wanita lebih bisa dalam menguasai bahasa. Kelas bahasa pun lebih didominasi oleh wanita.
[1]Ibid, hlm. 210
[2]http://www.kaskus.co.id/thread/51b4c7648027cfc632000003/hubungan-fungsi-otak-dan-kemampuan-berbahasa-pada-orang-dewasa(diakses pada 2/1/2014 pukul 10.00 WIB)
Adapun pendapat tentang berbahasa yang ada hubungannya dengan otak, yaitu:
a) Bahasa ReseptifLuria berpendapat bahwa daerah belakang girus superior lobus temporalis hemisfir kiri yang ditemukan oleh Wernicke bukanlah pusat pengertian kata-kata, tetapi merupakan perbendaharaan fonem bahasa. Pusat ini disebutnya juga daerah sekunder fungsi akustik-kognistik. Pusat primernya adalah pusat pendengaran yang ditemukan Heschl, yang terletak di depan pusat Wernicke.
b) Bahasa EkspresifBroca, berpendapat bahwa fungsi ekspresi bahasa dalam berbicara berpusat dibagian belakang girus frontalis inferior kiri. Berbeda dengan Broca, Luria mengatakan bahwa daerah Broca ini merupakan perbendaharaan fonem yang diucapkan yang disebutnya artikulem.
c) Hemisfir kanan menjadi pusat perilaku emosional, orientasi visuospasial, dan musik. Jadi, berkaitan dengan kegiatan di bidang seni. Lobus frontalis kanan berfungsi mengekspresikan gerakan emosional yang menyertai wicara. Apabila terganggu, ekspresi muka dan gerak-gerik yang menyertai wicara juga menjadi datar, meskipun emosinya tetap baik, dan masih dapat menangkap serta mengerti prasodi bahasa.[2]
Sering kita melihat perbedaan bahasa yang digunakan oleh wanita dan pria. Hal itu disebabkan adanya perbedaan pada hemisfir kirinya. Wanita memiliki hemisfir yang lebih tebal dari seorang pria, sehingga kebanyakan wanita lebih bisa dalam menguasai bahasa. Kelas bahasa pun lebih didominasi oleh wanita.
[1]Ibid, hlm. 210
[2]http://www.kaskus.co.id/thread/51b4c7648027cfc632000003/hubungan-fungsi-otak-dan-kemampuan-berbahasa-pada-orang-dewasa(diakses pada 2/1/2014 pukul 10.00 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar